Yogyakarta - Lima pebalap downill perempuan Indonesia tercatat masuk dalam rangking 100 besar dunia yang dirilis UCI, 4 Juli 2019. ‘Srikandi downhill’ tanah air pun dinilai punya peluang besar menembus prestasi dunia yang selama ini masih sebatas impian.
Nama Tiara Andini Prastika dari Patrol Mountain Team menjadi pebalap peraih rangking tertinggi dari Indonesia. Tambahan 30 poin dari 76 Indonesian Downhill 2019 Seri 1 Watu Cenik Wonogiri membuat Tiara naik dua peringkat ke posisi 25 dunia dengan poin 330.
Di bawah Tiara, ada nama Fitriyanti Riyanti Cibenk dari Batik Air Racing Team yang berada di peringkat 30. Dengan tambahan 12 poin Cibenk juga naik satu peringkat dengan total poin 282.
Nining Porwaningsih, satu pebalap Indonesia lainnya masih tercatat di peringkat 39 dunia. Nining mencatat poin 225.
Sementara Arinda Novitasari yang membela tim KJS Bike Samarinda juga masih berada di barisan 100 besar dunia tepatnya di posisi 54. Arinda memiliki total 155 poin.
Satu lagi pebalap yang menarik perhatian yakni Regina Panie dari Spartan Racing Team yang berhasil menembus posisi 59 dunia. Raihan poin 138 di mana 6 diantaranya didapatkan dari seri 1 76 Indonesian Downhill 2019 menjadikan nama pebalap 22 tahun tersebut sangat layak diperhitungkan di kancah internasional kedepan.
Naiknya rangking lima Srikandi Downhill Indonesia di kancah dunia tak lepas dari komitmen IDH untuk memperjuangkan kejuaraan yang tersemat dalam kalender resmi UCI selama ini. Pasalnya, dari poin yang didapatkan para pebalap, hampir seluruhnya berasal dari kejuaraan Indonesian Downhill baik kategori C1 maupun C2.
Founder IDH, Parama Nugroho menilai, pebalap-pebalap Indonesia masih memiliki peluang besar untuk berprestasi di tingkat dunia. Terlebih, rerata usia pebalap kita masih cukup muda yang memungkinkan melaju lebih jauh kedepan.
“Tiara masih 23 tahun, masih sangat terbuka lebar peluang berprestasi lebih jauh di tingkat dunia. Kemudian ada Regina Panie yang masih 22 tahun dan Arinda Novitasari yang juga baru 23 tahun. Harapan besar bagi mereka untuk bisa berprestasi dan IDH akan berusaha menciptakan iklim yang mendukung,” ungkapnya.
Sebelumnya, Commisaire UCI, Beatrice Alfred Lajawa asal Malaysia sempat mengungkap bahwa IDH jadi satu-satunya kejuaraan downhill yang begitu komplit dari siai penyelenggaraan. Kualitas kompetisi yang baik menurut dia akan berbanding lurus pada prestasi pebalap di Indonesia.
“IDH is the one and only in Asia. So, menurut saya terlihat bahwa kompetisi yang bagus di sebuah negara akan mempengaruhi prestasi pebalapnya. Indonesia membuktikan itu, bisa menjadi juara di Asia,” ungkapnya ketika berbincang di Wonogiri beberapa waktu lalu.