Kejuaraan Indonesian Downhill 2019, Series 3 di Ternadi Bike Park, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, memunculkan kejutan dari atlet yang baru naik kelas berhasil membukukan catatan waktu terbaik di Seeding Run. Pahraz Salman Alparisi dari tim RPI Project yang berhasil mencatatkan waktu 3 menit 23.836 menit sekaligus yang tercepat.

Bertanding di kelas Men Elite, Pahraz Salman Alparisi asal Sumedang penuh percaya diri untuk menaklukan lintasan di Ternadi Bike Park yang sebagian besar downhiller menganggapnya sebagai lintasan terpanjang dari tiga seri IDH 2019 serta lintasan penuh dengan batuan.

Catatan waktu Pahraz yang total poin baru mengoleksi 157 poin, ditempel ketat Khoiful Mukhib di posisi kedua dengan catatan waktu 3 menit 27.237 detik, disusul Popo Ariyo Sejati dengan catatan waktu 3 menit 27.489 detik.

Khoiful Mukhib sudah mengoleksi poin 349 sekaligus berada di urutan dua setelah Andy Prayogo dengan koleksi 430 poin, sedangkan Popo Ariyo di urutan lima berhasil mengoleksi 295 poin.

Tantangan downhiller di seri 3 ini, tidak hanya soal karakter lintasan karena cuaca yang begitu terik mengakibatkan tanah lintasan semakin kering dan berubah menjadi lintasan sedikit berpasir. Salah dalam mengendalikan laju sepeda, bisa gagal menuntaskan balapan.

"Saya memang berupaya tampil sempurna di sesi Seeding Run. Semua kondisi lintasan yang bisa mengakibatkan kegagalan sudah saya pelajari dan amati sejak awal sampai di Ternadi Bike Park," ujar Pahraz Salman Alparisi ditemui usai menuntaskan sesi Seeding Run dengan hasil memuaskan.

Pria bertubuh gempal ini, mengaku tidak memiliki trik-trik khusus dalam menaklukkan lintasan yang cukup curam dan lintasan yang sangat panjang dibandingkan seri-seri sebelumnya. Hanya berupaya tampil dengan rasa percaya diri bahwa dirinya bisa meraih catatan waktu terbaik serta mengontrol emosi agar keputusan dan konsentrasi selama balapan selalu tepat.

Hasilnya dibuktikan dari catatan sesi Seeding Run menjadi yang tercepat di kelasnya maupun di kelas lain meskipun lintasan sedikit berbeda, namun jaraknya tetap tidak jauh berbeda.

Catatan waktu terbaik di sesi Seeding Runa tidak membuat dirinya jumawa karena atmosfir saat laga final besok justru yang paling menantang, baik dari sisi emosional untuk bisa meraih juara maupun keberadaan penonton yang sering kali memancing emosi rider untuk segera memacu kecepatan agar tampil terbaik.

"Besok di final saya tetap akan menahan diri agar tidak mudah terpancing emosi dengan respons penonton yang terkadang memang bisa mengakibatkan rider gagal mencapai target," ungkapnya.

Pada seri sebelumnya, Pahraz Salman Alparisi memang belum mendapatkan hasil maksimal karena di Wonogiri hanya menempati urutan tujuh, sedangkan di Bromo gagal menuntasakan balapan karena terjatuh. Di Ternadi Bike Park sebagai seri pamungkas ingin menghasilkan prestasi membanggakan sebagai yang terbaik di kelas Men Elite.

Director Indonesia Downhill 2019 Parama Nugroho juga mengakui ada kejutan di sesi Seeding Run seri ketiga ini menyusul catatan waktu Pahraz Salman Alparisi yang baru naik di Men Elite menjadi pemuncak Seeding Run. Padahal karakter lintasannya juga sangat menantang karena terdapat lintasan berbatuan dan memiliki panjang 2,3 kilometer.  


Pelaksanaan Seeding Run juga berjalan dengan baik, meskipun ada pula pembalap yang gagal meraih hasil dan catatan waktu terbaiknya juga jauh dari target.

Hasil Seeding Run akan menjadi penentu bagi pembalap dalam memulai balapan. Bagi peraih catatan waktu terbaik di kelasnya, maka posisi startnya akan menjadi rider yang terakhir. Sehingga memberikan keuntungan bagi rider bahwa rider yang terlebih dahulu sampai di garis finish memiliki catatan waktu tertentu.