Terdapat cerita unik di Kejuaraan Indonesian Downhill 2019 di Ternadi Bike Park, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli mekanik sepeda downhill yang banting stir menjadi pembalap justru bersaing dengan atlet yang sebelumnya sama-sama di bawah bendera tim yang sama.
Satunya sebagai seorang mekanik, sedangkan satunya lagi sebagai seorang pembalap sepeda gunung. Kedua downhiller yang sudah saling kenal tersebut, yakni Afrizal dan Septian Setia. Di seri IDH 2019 di Ternadi Afrizal membawa bendera tim NU Gravity, sedangkan Septian Setia dengan bendera Tim Spartan Racing.
Septian Setia yang sebelumnya merupakan ahli mekanik sepeda downhill sekaligus yang mempersiapkan sepeda untuk balapan sang atlet yang tak lain adalah Afrizal, ternyata menjadi pesaing ketat sejak seri awal Kejuaraan Indonesian Downhill 2019.
Dua seri sebelumnya digelar di Bukit Watu Cenik, Wonogiri, Jateng serta Seruni Point Bromo, Probolinggo, Jatim. Seri pertama Afrizal yang memang lahir sebagai seorang downhiller berhasil menjadi juara, sedangkan sang mekanik, Septian yang sejak tahun 2016 banting stir menjadi downhiller berhasil menempati urutan dua.
Tidak ingin kalah dengan atlet yang sebelumnya dibela, Septian berhasil membalas di seri kedua di Seruni dengan menempati posisi pertama, sedangkan Afrizal harus puas di urutan dua. Koleksi poin secara keseluruhan di dua seri tersebut, keduanya sama-sama mengoleksi 360 poin.
Ditemui usai menuntaskan Final Run hari ini, Afrizal menganggapnya bukan suatu persaingan dengan Septian yang sebelumnya memang sebagai kru mekanik di tim yang membawa dirinya berlomba balap sepeda gunung di berbagai ajang balap.
"Saya berada satu tim dengan Septian pada tahun 2011-2013 ketika masih bermain di kelas Men Elite," ujarnya.
Kemudian dirinya bergabung dengan tim lain setelah menuntaskan kontrak dengan tim Aldomaru, yakni tim NU Gravity yang tak lain merupakan tim yang dibentuknya dengan dukungan sejumlah sponsor. Sejak membentuk tim sendiri, kini tak lagi turun di kelas Men Elite melainkan di kelas Master Expert yang merupakan kumpulan mantan downhiller dari kelas Men Elite.
Meskipun tidak lagi di kelas Men Elite, dia bertekad ingin memberikan image bahwa di kelas Master Expert sekalipun masih bisa menorehkan catatan waktu terbaik yang selevel dengan Men Elite yang didominasi pemain muda.
Di tempat terpisah dengan jarak tenda yang tak jauh dari Afrizal, Septian membenarkan bahwa dirinya memang pernah sama-sama satu tim. Saat itu, dirinya hanya sebagai seorang mekanik, sedangkan Afrizal pebalapnya.
"Alasan saya pindah menjadi pebalap karena ingin merasakan keahlian saya ketika dicoba sendiri apakah setingan sepedanya sudah benar bisa melaju dengan kecepatan tinggi atau tidak," ujarnya.
Selain itu, dia juga ingin menguji keahliannya dalam mengotak atik sepeda serta mengetahui kelemahan masing-masing sepeda apakah juga bisa bersaing dengan rider yang memang sejak kecil dididik menjadi downhiller. Sedangkan dirinya hanya sebatas mekanik dan mulai menekuni balap downhill juga baru tahun 2016.
Dari sisi fisik, Septian mengakui kalah dengan sobat karibnya itu yang memang seorang atlet, sedangkan dirinya bertubuh gemuk. Meskipun bisa menempel ketat dalam raihan poin IDH 2019, dia jarang sekali berlatih fisik untuk mempersiapkan IDH 2019.
Kalaupun dirinya berhasil menempati urutan dua di seri pamungkas IDH 2019 dengan catatan waktu 3 menit 42.066 detik karena sejak awal memang bertekad menjadi juara pertama. Kalaupun hanya berada di urutan dua karena kalah dengan Afrizal dengan torehan waktu 3 menit 36.706 detik tidak dipermasalahkan karena lintasan di Ternadi cukup banyak rintangan.
Total poin yang dikumpulkan keduanya, untuk Afrizal sebanyak 560 poin, sedangkan Septian 520 poin. Untuk urutan tiga ditempati Pornomo dengan koleksi 420 poin.